Jatah Masing-Masing

Sebenernya dah lama aku pengin menuliskan hal ini, namun baru sekarang sempet nulis. Tiap kali aku pulang kantor naik KRL dari stasiun Tanah Abang menuju manggarai melewati gubung-gubung kecil di pinggir rel. Jam jam 5 sore, aku selalu melihat anak2 kecil dan orang tuanya sedang bersantai bercanda gurau sambil melihat krl melintas. Sepertinya hidup mereka bahagia dengan segala keterbatasan fasilitas yang mereka miliki. Rumah semi permanen, sempit bejubel dengan tetangga, kumuh, dsb. Aku bisa membayangkan betapa susahnya hidup mereka, namun dengan segala syukur yang ada buktinya mereka kelihatan menikmati hidup. Bagi mereka ga akanlah kepikiran buat kajian, pusing mikirin kelakuan bos di kantor, susah bener menghadapi anak buah yang bandel, kerjaan ga henti2 dateng...ya iyalah mereka bukan orang kantoran.
Kadang ketika aku merasa ini otak rasanya dah ga sanggup bekerja, aku ingat mereka kembali untuk sekedar membangkitkan semangat bahwa Allah pasti menganggap aku mampu makanya memberiku tantangan yang berat ini. Hidup memang berputar, dulu ketika dapet kerjaan yang sangat santai dan ga ada tantangan, aku bosan setengah mati. Sekarang Alhamdulillah diberi amanat kerjaan yang lebih berat dengan rekan kerja yang susah, aku harusnya tidak layak buat mengeluh. Aku hanya perlu meyakinkan diri bahwa aku mampu. Kalaupun aku mau bertindak tidak tanggung jawab pun, aku bisa melihat contohnya di orang-orang sekelilingku. Tapi tega kah aku berbuat seperti itu? aku meninggalkan anak-anak di rumah bersama pembantu, dan di kantor aku ga bekerja sebaik mungkin?! dimana letak pertanggung jawabanku minimal sama anak2? aku antara tega ga tega sebenernya meninggalkan mereka, tapi aku sangat paham seperti apa diriku ini. Aku bakalan stress kalau jadi ibu rumah tangga saja.
Kalau diberi umur panjang, InsyaAllah perjalanan hidup ini akan terus berlangsung dengan dihadapkan dengan berbagai pilihan.

Comments

Popular posts from this blog

Ulang Tahun Alif ke 2

Happy Birthday Bunda

Main Yuk