Cerita Yeni

Dulu waktu kami masih hanya temen, dia sudah sering mengkritik diriku apapun itu pakaianku kah, kerudungku kah, hp ku kah, sholatku kah, pakaianku kah, apapun yang ada pada diriku pernah menjadi bahan komentarnya. Ketika kami mulai dekat aku mulai berusaha menjadi pribadi yang dia inginkan, setiap kali kami akan bertemu aku selalu meyakinkan diri untuk tampil sempurna. Dan ketika hubungan kami berlanjut ke pelaminan, aku tanya pada diriku sendiri "apakah aku sanggup untuk bisa memenuhi segala kemauannya?" saat akad nikah aku bahkan masih mikir saja, apakah aku sudah membuat keputusan yang tepat? dan keputusan itu pun sudah ku ambil. 7 tahun hidup bersama, dia masih sama seperti dulu setidaknya aku dah memahami seperti dia apa adanya. Sekarang yang kuragukan justru diriku sendiri, apakah aku masih akan sanggup menghadapinya? so, dia menganggap aku keras kepala dan susah diatur. yupppp, dia sepertinya lupa bercermin? dia sering melarang tanpa alasan rasional yang bisa diterima

Hidup itu diwarnai dengan berbagai persoalan dan bagaimana kita menyikapi setiap orang berbeda. Kami kakak beradik mengalami masalah yang sama, yaitu agak susah mendapatkan keturunan. Dari urutan siapa duluan yang menikah, pertama kakakku (cowok) sampe 4 tahun baru punya anak, kedua kakak suamiku (cewek) sampe sekarang 7 tahun pernah 3 kali keguguran namun belum punya anak, ketiga aku dan suami Alhamdulillah dikarunia 1 anak cewek setelah 3 tahun menikah dan tambah 1 anak cowok di tahun ke 5, kemudian adik suamiku (cowok) sampe 6 tahun menikah belum juga punya anak. Sebenernya aku termasuk orang yang ga bisa diskusiin masalah bagaimana supaya cepet hamil dengan temen bahkan keluarga. Entah kenapa aku selalu beranggapan hal ini sensitif terhadap perasaan. Karena emang dulu ketika aku sedang berusaha pengin punya anak aku tidak pernah mendiskusikan dengan keluarga ato temen, aku hanya berdiskusi dengan dokter kandungan dan dokter yang menangani fertilitas saja. Usahaku waktu itu antara l